Pada tahun 1590, Hideyoshi telah menjadi pemimpin tertinggi Negara. Dia dinobatkan sebagai
wakil kaisar oleh Kaisar Go Yozei, dan dapat menikmati kekuasaan bagaikan raja. Dalam
jabatannya ini, dia mampu mengukir prestasinya dengan sangat gemilang, bahkan dapat
dikatakan luar biasa. Dia tidak segan-segan keluar dari tatanan hierarki masyarakat yang kaku
dan melarang keras penyatuan kelas sosial. Hideyoshi menjadi pahlawan kaum jelata, sebuah
simbol tentang kesempatan pembuktian diri dan menanjak dari papa menajadi kaya raya. Di
samping itu, dia juga luar biasa dermawan dalam membagi-bagi harta, sehingga kaisar
memberinya nama keluarga (nama belakang) Toyotomi, yang berarti ”menteri yang dermawan”.
Meskipun Hideyoshi terlihat cerdas dan lihai dalam memutar roda kepemerintahan, namun dia
juga sering mencetak lembaran suram. Keliarannya selama menjadi orang pertama lebih
disebabkan nafsu berahinya. Dia juga pernah merenggut dua nyawa, yakni sahabatnya sendiri
dan putri dari sahabatnya yang dibunuh. Tragedi ini bermula ketika Hedeyoshi pulang dari
Kyoto. Saat itu dia melihat seeorang gadis cantik. Setelah dia telusuri, ternyata gadis itu putri
Sen no Rikyu, sahabat sekaligus kepercayaanya. Karena lamaranya ditolak, dengan alasan
putrinya sedang dalam keadaan berkabung, karena baru ditinggal suaminya. Maka Hedeyoshi
pun tidak segan menyebar fitnah yang berujung pada kematian.
Namun seolah kesalahan-kesalahan itu menjelma menjadi keberhasilan yang spektkuler, yang
menjadikan kegagalanya termaafkan dan legendanya terus bergaung, bahkan setelah
kematiannya pada tahun 1598. Itu semua dikarenkan Hedeyoshi dapat menjadi pemimpin kuat
yang mampu mempersatukan Jepang. Semua keberhasilan itu tidak dia tempuh lewat jalan
kemiliteran, melainkan lewat ketrampilan yang dimilikinya sebagai seorang negarawan, yakni
dengan berdiplomasi. Hampir semua penaklukan yang dilakukanya terjadi tanpa pertumpahan
darah, sehingga gelar diplomat terbaik dalam sejarah Jepang dapat disandangnya.
Ternyata kehebatan Hideyoshi tidak luput dari peran orang luar biasa pula. Kehebatan itu dia
pelajari sejak masih mengembara sebagai pedagang keliling. Dia diajari oleh seorang
petualang tentang cara bertahan hidup hanya dengan menggunakan akal. Selain itu, Hideyoshi
juga mendapat pengetahuan yang mendalam tentang kondisi hidup manusia dari orang yang
sama. Sejak itulah Hideyoshi berusaha mendahulukan kepentingan orang lain, meskipun
kebutuhannya sendiri menggunung. Karena dia memegang prinsip ”seseorang akan mendapat
keuntungan yang baik jika sudi mendahulukan kepentingan orang lain”.
Falsafah di atas memang tampak sederhana dan demikian adanya. Namun akan sangat
mengejutkan mengingat hanya beberapa gelintir orang saja yang mengerti bagaimana
menempatkan diri pada posisi orang lain dan berpikir melalui sudut pandang orang tersebut.
Namun demikian, mempraktikkan falsafah tersebut tidaklah sulit, bahkan semua orang pun
dapat menjalankannya jika mengambil langkah pendekatan yang tepat.
Memang, kisah-kisah kesuksesan akan memberikan inspirasi, namun kesuksesan biasanya bergantung atas keadaan tertentu. Kegagalan, sebaiknya, akan terus mengajarkan kita
sesuatu. Pemimpin yang efektif harus bisa menerima baik kesuksesan maupun kegagalan.
Namun menerima kegagalan di sini tidak ditafsirkan sebagai menerima apa adanya, melainkan
mengakui kegagalannya, dan akan belajar untuk sesuatu yang lebih baik dari kegagalan
tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar